Kamis, 15 November 2012

Lihat Salju, Lempar-lemparan dan Bikin Snowman

nblindonesia.com - 14/11/2012

DBL All-Star 2012 Juga Kunjungi Tim WNBA Seattle Storm

Laporan Anton Hadiyanto, Agus Wahyudi dari Seattle, AS

SEATTLE - Rombongan tim basket pelajar pilihan, DBL Indonesia All-Star 2012, mencatat sejarah tersendiri dalam kunjungan mereka di Amerika Serikat tahun ini. Senin lalu (12/11, kemarin WIB), mereka jadi kelompok pertama yang mewujudkan impian: Melihat, memegang, dan bermain dengan salju.

Pada dua kunjungan sebelumnya, yaitu rombongan 2010 dan 2011, keinginan itu tak pernah terwujud. Sebab, selama dua tahun itu salju belum turun di Snoqualmie Pass, kawasan pegunungan yang tak jauh dari Seattle, negara bagian Washington.

Hari itu, jadwal DBL Indonesia All-Star memang terbilang mengasyikkan. Paginya, mereka berkunjung ke markas Seattle Storm, tim basket profesional yang berlaga di ajang paling bergengsi di dunia: WNBA.

Di sana mereka ditemui langsung oleh Karen Bryant, president dan CEO Storm. Juga oleh Brian Agler, pelatih kepala sekaligus general manager klub juara WNBA 2004 dan 2010 tersebut.

Saat di kantor Storm, mereka bukan hanya belajar tentang bagaimana menjadi pemain atau pelatih basket yang baik. Mereka juga diberi wawasan tentang manajemen liga dan klub yang baik, yang berbasis bisnis.

Bukan hanya itu. Tahu anak-anak DBL akan melihat salju, Brian Agler sempat memberikan tips agar pengalaman itu menjadi lebih seru.

"Anak muda di sini, kalau melihat salju, akan melakukan beberapa hal. Langsung genggam salju dan lemparkan ke teman. Lalu buatlah dua bola salju besar, tumpukkan, dan jadikan boneka salju. Jangan lupa juga untuk berbaring di atas salju, kepak-kepakkan kedua tangan, dan membentuk snow angel (malaikat salju, Red)," saran pelatih paling sukses dalam sejarah basket profesional dunia tersebut.

Saat kunjungan di markas Storm berakhir, Agler bahkan menyempatkan diri naik ke bus yang membawa rombongan DBL All-Star. Sekali lagi, dia menegaskan saran kepada anak-anak Indonesia untuk membentuk snow angel di atas salju. "Jangan lupa, ya," ucapnya.

Setelah makan siang, rombongan langsung menempuh perjalanan ke arah Snoqualmie Pass. Total, dari Seattle hanya membutuhkan waktu satu jam lebih sedikit.

Ketika mulai melihat salju di sisi jalan dan pegunungan, anak-anak DBL mulai kasak-kusuk. Tak sabar bus segera berhenti dan turun bermain. Rombongan menuju ke Summit Central, kawasan bermain ski di Snoqualmie Pass. Dalam perjalanan, bus sempat stop sejenak di sebuah pemberhentian, di tempat ideal bagi tim untuk berfoto bersama.

Sayang, karena ketebalan salju belum cukup, kawasan ski tersebut masih tutup. Jadi, tidak bisa main ski atau snowboard. Tapi, itu bukan masalah. Walau tempatnya sangat sepi, anak-anak segera naik ke kawasan bermain ski.

Sambil berjalan mereka segera menggenggam gumpalan-gumpalan salju. Instan, perang bola salju langsung terjadi. Kamera dan handphone juga mereka keluarkan untuk mengambil gambar sepuas-puasnya.

Bagi semua pemain dan pelatih, ini benar-benar pengalaman pertama melihat dan memegang salju. Meski suhu 0 derajat Celsius, bikin menggigil untuk orang tropis seperti mereka, hal itu tidak mengurangi antusiasme bermain di salju.

"Ini yang pertama bagi saya. Sulit rasanya mendapatkan pengalaman yang sama lagi. Saya harus mengabadikannya sebagai oleh-oleh terbesar saat bertemu rekan-rekan di Indonesia," ujar Soewondo, head coach tim putri DBL All-Star, asal SMA Ciputra Surabaya.

Komentar para pemain tak kalah seru.

"Catat, ya. Hari ini, tanggal 12 November 2012, saya untuk kali pertama main salju di Amerika," kata Hutomo Rio Pangesthio, guard tim putra DBL All-Star asal SMK Immanuel 1 Pontianak.

Walau tak bisa bermain ski atau snowboard, perang salju sudah menjadi hiburan istimewa. Semua teman dilempari, semua pelatih dan ofisial juga jadi target. "Intinya, tidak ada teman di sini. Yang paling dekat bakal ditimpuk salju. Senang-senang saja," kata Juan Laurent Kokodiputra, pemain putra asal SMA Trinitas Bandung.

Bagi Juan, ini pelampiasan. Tahun lalu dia juga masuk DBL All-Star. Namun, tahun lalu dia gagal melihat salju. "Teman-teman tahun ini sangat beruntung. Kali pertama datang langsung dapat salju. Saya mau sepuas-puasnya main salju. Sebab, kesempatan saya ikut tim lagi tahun depan sudah tidak ada," kata Juan, yang tahun depan sudah lulus SMA.

Bukan hanya dilempari salju, beberapa pemain dan ofisial jadi korban lebih parah. Vincent Ngai, pelajar Indonesia di Amerika yang selama seminggu ikut membantu menjadi panitia, jadi korban serbuan saat asyik membuat snow angel.

Bukannya asyik berbaring dan mengepakkan kedua tangan, dia malah "dikubur" dengan salju.

Commissioner DBL Azrul Ananda tak luput dari serbuan. Dia diangkat ramai-ramai dan dilempar ke salju tebal. Lalu dihujani dengan salju.

Beberapa pemain juga melampiaskan impian membuat boneka salju. Kadek Pratita Citta Dewi (SMAN 1 Denpasar), Hans Abraham (SMA 1 PSKD Jakarta), dan Felicia Clarissa (SMA Santo Aloysius Bandung) berhasil membuatnya. Walau ukurannya agak kecil, bentuknya menarik karena dihiasi topi dan syal. Karya mereka jadi sangat populer, menjadi bahan foto bareng hampir seluruh rombongan.

Suasana saat itu memang sangat akrab dan seru. "Kalau begini, tidak terpikir bahwa sebentar lagi kami akan terpisah-pisah lagi," kata Kadek Pratita Citta Dewi, yang dinobatkan sebagai kapten tim putri.

Ya, masa kebersamaan DBL Indonesia All-Star 2012 memang segera berakhir. Setelah bermain salju, hanya ada sisa sehari sebelum rombongan kembali ke Indonesia. (*/c2/ang)

Tidak ada komentar: