Kamis, 22 November 2012

Sukses Itu Gelar Juara dan Profitabilitas

nblindonesia.com - 14/11/2012

Seattle Storm Senang Ada Liga Perempuan Baru di Indonesia

LAPORAN Anton Hadiyanto, Agus Wahyudi dari Seattle, AS 

SEATTLE - Untuk tahun ketiga berturut-turut, rombongan DBL Indonesia All-Star mengunjungi markas Seattle Storm, klub basket profesional perempuan yang berkiprah di ajang WNBA. Letaknya di kawasan Thorndyke Avenue, tak jauh dari downtown Seattle.

Kali ini barisan manajemen yang menemui rombongan jauh lebih banyak. Senin lalu (12/11, kemarin WIB), yang menemui komplet. Mulai President/CEO Karen Bryant, Head Coach/General Manager Brian Agler, sampai para manajer penjualan tiket, manajer sponsorship, dan manajer entertainment.

Selama hampir dua jam, para petinggi itu menjelaskan soal basket perempuan secara global, WNBA, serta detail tentang operasional Seattle Storm.

Memang, tidak ada pemain yang menemui rombongan beranggota 48 orang tersebut. Maklum, musim WNBA telah berakhir, banyak pemain yang mencari penghasilan/pengalaman tambahan di liga-liga lain di berbagai penjuru dunia.

Meski demikian, ilmu yang komplet tetap didapat rombongan. Karen Bryant, sang bos, menjadi orang pertama yang berbicara. "Kebetulan sekali saya juga baru pulang dari liburan dua pekan di Bali," aku Bryant.

"Senang bisa menyambut kalian semua. Menurut saya, yang paling berkesan dari Indonesia adalah orang-orangnya. Hangat dan antusias," lanjutnya.

Bryant juga mengaku senang mengetahui bahwa liga perempuan kembali dihidupkan di Indonesia. "Lain kali, kalau datang ke Indonesia, saya harus mampir ke (markas DBL Indonesia di) Surabaya," tegasnya.

Dengan bangga, Bryant mengungkapkan bahwa WNBA merupakan liga basket profesional perempuan paling sukses di dunia. Dia berharap, Women's National Basketball League (WNBL) Indonesia kelak juga sukses.

Ukuran sukses, lanjut Bryant, ada dua. "Pertama adalah prestasi, yang diukur dengan gelar juara. Kedua adalah profitabilitas. Klub harus dikelola sebagai sebuah bisnis. Dan bisnis harus meraih keuntungan kalau ingin berkembang dan bertahan di masa mendatang," jelasnya.

Sang CEO lantas memperkenalkan Brian Agler, yang sudah lima tahun menjadi pelatih kepala Storm. "Brian adalah pelatih basket profesional perempuan paling sukses di dunia," ucapnya.

Brian Agler mengawali pembicaraan dengan kesuksesan dan komposisi tim Storm. "Kami beruntung memiliki dua pemain terbaik di dunia untuk posisinya. Sue Bird adalah point guard yang membantu Amerika Serikat meraih medali emas di Olimpiade. Lauren Jackson asal Australia merupakan forward yang sangat kondang dari Australia," tuturnya.

"Lima di antara sebelas pemain yang membantu kami meraih juara pada 2010 berasal dari luar Amerika. Mungkin suatu saat nanti ada pemain dari Indonesia," tutur Agler.

Saat sesi tanya jawab, Agler menjawab dengan jelas dan tuntas. Misalnya, kiat menjadi pemain yang hebat. "Pemain yang hebat harus punya kemampuan atletis hebat serta skill yang hebat. Tapi, mungkin lebih penting lagi, mereka harus punya etos kerja yang tinggi, kemauan untuk bermain untuk tim, serta hasrat untuk meraih kemenangan," papar Agler.

Untuk menjaga motivasi pemain, Agler menyebut, tidak mengatur latihan dengan batasan waktu. Sebagai gantinya, harus ada batasan target. "Misalnya, ketika berada di lapangan, harus bisa memasukkan sekian ratus tembakan tiga angka sebelum pulang. Atau memasukkan tembakan sepuluh kali berturut-turut di enam atau tujuh titik yang berbeda. Dengan cara itu, latihan bisa setengah jam, bisa juga dua jam," terangnya.

Setelah sesi tanya jawab, disambung dengan penjelasan dari Randy Cote (guest relations dan ticket sales), Alicia Miller (events and entertainment officer), serta Kristina Ciari (marketing partnerships department/sponsorship). Mereka memaparkan cara kerja balik layar sebuah organisasi olahraga yang sukses.

Intinya adalah cara mendatangkan lebih banyak penonton, membuat mereka senang, dan menjadikan mereka sebagai penggemar untuk selamanya.

Kunjungan tersebut benar-benar membuka mata para pemain DBL All-Star. "Saya yakin bahwa NBA dan WNBA punya banyak persamaan. Ternyata, butuh begitu banyak upaya untuk mengelola sebuah klub dan menyelenggarakan pertandingan. Sangat kompleks. Kapan lagi kami bisa belajar langsung seperti ini," ujar Taranira Widasari, pemain asal SMA Tri Tunggal Semarang. (*)
Story Provided by Jawa Pos

Tidak ada komentar: